Di tengah maraknya penyakit masyarakat berupa kecanduan miras dan narkoba yang cukup tinggi, terdapat sebuah kelompok pemuda yang patut dicontoh dan diacungi jempol karena telah berhasil memerdekakan diri mereka dari kebiasaan mengkonsumsi barang haram yang sulit sekali ditinggal tsb.
Sebuah grup pemuda yang bernama JENGGALA. Grup ini terdiri dari 9 orang pemuda yang berdomisili di RT/RW 04/05 Jinggotan. Sebagian besar mereka adalah para pemuda yang pada masa-masa
sebelumnya, kehidupan mereka dekat sekali dunia miras dan narkoba. Mereka kecanduan menenggak miras dan narkoba. Bahkan si Faris salah satu personil grup ini, dulu dikenal dengan julukan Apotik Berjalan. Itu tiada lain karena keahliannya dalam meracik pil-pil narkoba. Dialah orang yang pertama kali mengenalkan narkoba jenis pil ke kalangan penikmat miras di kawasan Jepara utara ini. Kini dia sudah bisa lepas total dari barang haram tersebut.
Keluarnya Faris dari dunia miras dan narkoba sangat mempengaruhi teman-temannya. Beberapa teman Faris yang dulunya juga pecandu narkoba dan miras, sebagian ikut dia melepaskan diri dari miras dan narkoba.
Pada Kamis Pahing malam 20 Sept 2012 lalu, mereka mengisahkan pengalaman mereka hingga terbebas dari miras dan narkoba kepada SK di depan Sanggar Pemuda.
Ngrumpi sambil Bernyanyi
Grup yang mulai aktifl setengah tahun lalu ini bermula dari kebiasaan ngrumpi di rumah Sulastiyo. Saat ngrumpi mereka sambil bermain musik, gitar dan kendang sambil bernyanyi bersama. Dalam kondisi santai seperti itulah mereka mulai saling curhat tentang keresahan dan keinginan mereka untuk berhenti dari miras dan narkoba. Hanya saja mereka masih merasa lemah jika hanya sendirian. Mereka belum mampu menolak ajakan temannya yang masih hobi menenggak miras.
Sulastiyo sebagai tuan rumah yang sekaligus dituakan dalam grup tersebut segera merespon keinginan mereka untuk berhenti dari miras dan narkoba tersebut.
Sebab niat tidak akan beranjak menjadi aksi tanpa didukung tindakan-tindakan nyata yang mengiringinya. Maka dari pertemuan-pertemuan di rumah Sulastiyo tersebut mereka membuat kesepakatan-kesepakatan langkah agar mereka benar-benar bisa berhenti dari miras dan narkoba. “Misalnya ketika ada pentas dangdutan, kami menghindarinya dengan membuat acara jalan-jalan ke luar. Juga akhir-akhir ini kami sering berziarah ke makam para wali yang dekat-dekat, seperti Mantingan, Kajen, Kudus, dll,” ujar Sulastiyo.
“Selain itu”, lanjut Sulastiyo, “kami juga hampir tiap malam mengadakan pertemuan, walaupun sekedar bergadang, ngrumpi, dan masakmasakan. Ini bertujuan agar teman-teman itu bisa kompak dan semakin kuat tekad mereka untuk melupakan miras dan narkoba.”
Baru-baru ini mereka juga membuat kegiatan sosial berupa mengecat musholla RT 04 RW 05 Jinggotan. Dana untuk membeli cat mereka kumpulkan dari kas mingguan, 5 ribu per orang. Kas tersebut mereka gunakan untuk mendukung setiap kegiatan mereka, entah itu ziarah, atau sekedar jalan-jalan dan masak-masakan.
Sosialisasi anti Miras
Mereka menginginkan agar kesanggupan berhenti dari miras dan narkoba tsb bisa meluas ke masyarakat sekitar. Ini mereka buktikan ketika ada warga punya gawe dan nanggap hiburan dangdut di RT 04 RW 05, mereka membuat selebaran larangan menjual miras di lingkungan tersebut. Dan itu terbukti efektif. Saat acara dangdutan tsb tidak beredar liar para penjual miras di RT 04 RW 05.***
Sebuah grup pemuda yang bernama JENGGALA. Grup ini terdiri dari 9 orang pemuda yang berdomisili di RT/RW 04/05 Jinggotan. Sebagian besar mereka adalah para pemuda yang pada masa-masa
sebelumnya, kehidupan mereka dekat sekali dunia miras dan narkoba. Mereka kecanduan menenggak miras dan narkoba. Bahkan si Faris salah satu personil grup ini, dulu dikenal dengan julukan Apotik Berjalan. Itu tiada lain karena keahliannya dalam meracik pil-pil narkoba. Dialah orang yang pertama kali mengenalkan narkoba jenis pil ke kalangan penikmat miras di kawasan Jepara utara ini. Kini dia sudah bisa lepas total dari barang haram tersebut.
Keluarnya Faris dari dunia miras dan narkoba sangat mempengaruhi teman-temannya. Beberapa teman Faris yang dulunya juga pecandu narkoba dan miras, sebagian ikut dia melepaskan diri dari miras dan narkoba.
Pada Kamis Pahing malam 20 Sept 2012 lalu, mereka mengisahkan pengalaman mereka hingga terbebas dari miras dan narkoba kepada SK di depan Sanggar Pemuda.
Ngrumpi sambil Bernyanyi
Grup yang mulai aktifl setengah tahun lalu ini bermula dari kebiasaan ngrumpi di rumah Sulastiyo. Saat ngrumpi mereka sambil bermain musik, gitar dan kendang sambil bernyanyi bersama. Dalam kondisi santai seperti itulah mereka mulai saling curhat tentang keresahan dan keinginan mereka untuk berhenti dari miras dan narkoba. Hanya saja mereka masih merasa lemah jika hanya sendirian. Mereka belum mampu menolak ajakan temannya yang masih hobi menenggak miras.
Sulastiyo sebagai tuan rumah yang sekaligus dituakan dalam grup tersebut segera merespon keinginan mereka untuk berhenti dari miras dan narkoba tersebut.
Sebab niat tidak akan beranjak menjadi aksi tanpa didukung tindakan-tindakan nyata yang mengiringinya. Maka dari pertemuan-pertemuan di rumah Sulastiyo tersebut mereka membuat kesepakatan-kesepakatan langkah agar mereka benar-benar bisa berhenti dari miras dan narkoba. “Misalnya ketika ada pentas dangdutan, kami menghindarinya dengan membuat acara jalan-jalan ke luar. Juga akhir-akhir ini kami sering berziarah ke makam para wali yang dekat-dekat, seperti Mantingan, Kajen, Kudus, dll,” ujar Sulastiyo.
“Selain itu”, lanjut Sulastiyo, “kami juga hampir tiap malam mengadakan pertemuan, walaupun sekedar bergadang, ngrumpi, dan masakmasakan. Ini bertujuan agar teman-teman itu bisa kompak dan semakin kuat tekad mereka untuk melupakan miras dan narkoba.”
Baru-baru ini mereka juga membuat kegiatan sosial berupa mengecat musholla RT 04 RW 05 Jinggotan. Dana untuk membeli cat mereka kumpulkan dari kas mingguan, 5 ribu per orang. Kas tersebut mereka gunakan untuk mendukung setiap kegiatan mereka, entah itu ziarah, atau sekedar jalan-jalan dan masak-masakan.
Sosialisasi anti Miras
Mereka menginginkan agar kesanggupan berhenti dari miras dan narkoba tsb bisa meluas ke masyarakat sekitar. Ini mereka buktikan ketika ada warga punya gawe dan nanggap hiburan dangdut di RT 04 RW 05, mereka membuat selebaran larangan menjual miras di lingkungan tersebut. Dan itu terbukti efektif. Saat acara dangdutan tsb tidak beredar liar para penjual miras di RT 04 RW 05.***