Oleh Muhammad Zudin
(Warga RT 03 RW 05 Jinggotan)
DETIK berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hingga berhari-hari dan berbulan bulan sampai bertahun-tahun dilewati. Begitu waktu berjalan dan akhirnya berlalu begitu cepat, lebih cepat dari apa yang diperkirakan (contoh saja sekarang hari kamis tetapi seperti baru kemarin hari kamis itu terlewati).
Apa yang kita lakukan dengan waktu tersebut ?, leha-leha, nongkrong, tak melakukan apa-apa, ataukah hanya (selalu) bermain-main. “Sungguh manusia berada dalam keadaan merugi” (QS. Al Asr : 2).
Kita akan merasa menyesal jika kita tahu begitu berharganya waktu yang telah kita sia-siakan, begitu banyak.
Waktu laksana kehidupan, jika kita tak mempergunakannya dengan baik, bagaikan orang yang telah mati, tak mampu melakukan apa-apa.
Waktu itu tak ternilai harganya (tak dapat dibeli dan tak dapat diganti), karena begitu mahalnya, kita harus bisa memanfaatkan sebaik mungkin untuk diri kita nanti. Seperti belajar, menulis, membaca Al Qur’an, dan kegiatan lainnya. Yang memiliki nilai baik tentunya.
Dengan kegiatan tersebut kita dapat memanfaatkan waktu, karena waktu memiliki nilai yang begitu tinggi.
Para shalafush shalih telah membuktikan bahwa waktu adalah kehidupan. Seperti Imam Tsa’lab An-Nahwi yang meninggal gara-gara asyik membaca buku dijalan dan ditabrak kuda hingga nyawanya melayang. Ada lagi, Imam Ibnu Khayath yang tidak tidur hanya karena dia sangat menghargai waktu dengan menulis ratusan buku yang dikerjakan hingga dini hari (dari buku Agar Waktu Anda Lebih Bermakna karangan Abdul Fatah Abu Ghudah dan Dr. Shalahuddin Mahmud).
Begitu tingginya shalafus shalih yang menghargai waktu dalam kehidupan mereka. Karena itulah Islam menjadi jaya pada waktu itu.
Kalau begitu bagaimana dengan kita? Apakah kita hidup bertahun-tahun hanya biasa-biasa, tak memiliki manfaat dan faedah apa-apa bagi kehidupan?
Penyesalan pasti datang di akhir, namun jika itu tak ingin terjadi pada diri kita. Maka mari kita merubah dari sekarang. Tak ada waktu selain saat ini juga melalui apa yang kita bisa lakukan tentunya, semaksimal mungkin.
Di akhir tulisan, penulis setiap detiknya menghargai dengan nilai yang tinggi, 1 milyar rupiah (ini hanya untuk motivasi). Jadi berapa nilai waktumu ?. seribu, sejuta, semilyar, tak terhingga, ataukah tak bernilai sama sekali?
(Warga RT 03 RW 05 Jinggotan)
DETIK berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hingga berhari-hari dan berbulan bulan sampai bertahun-tahun dilewati. Begitu waktu berjalan dan akhirnya berlalu begitu cepat, lebih cepat dari apa yang diperkirakan (contoh saja sekarang hari kamis tetapi seperti baru kemarin hari kamis itu terlewati).
Apa yang kita lakukan dengan waktu tersebut ?, leha-leha, nongkrong, tak melakukan apa-apa, ataukah hanya (selalu) bermain-main. “Sungguh manusia berada dalam keadaan merugi” (QS. Al Asr : 2).
Kita akan merasa menyesal jika kita tahu begitu berharganya waktu yang telah kita sia-siakan, begitu banyak.
Waktu laksana kehidupan, jika kita tak mempergunakannya dengan baik, bagaikan orang yang telah mati, tak mampu melakukan apa-apa.
Waktu itu tak ternilai harganya (tak dapat dibeli dan tak dapat diganti), karena begitu mahalnya, kita harus bisa memanfaatkan sebaik mungkin untuk diri kita nanti. Seperti belajar, menulis, membaca Al Qur’an, dan kegiatan lainnya. Yang memiliki nilai baik tentunya.
Dengan kegiatan tersebut kita dapat memanfaatkan waktu, karena waktu memiliki nilai yang begitu tinggi.
Para shalafush shalih telah membuktikan bahwa waktu adalah kehidupan. Seperti Imam Tsa’lab An-Nahwi yang meninggal gara-gara asyik membaca buku dijalan dan ditabrak kuda hingga nyawanya melayang. Ada lagi, Imam Ibnu Khayath yang tidak tidur hanya karena dia sangat menghargai waktu dengan menulis ratusan buku yang dikerjakan hingga dini hari (dari buku Agar Waktu Anda Lebih Bermakna karangan Abdul Fatah Abu Ghudah dan Dr. Shalahuddin Mahmud).
Begitu tingginya shalafus shalih yang menghargai waktu dalam kehidupan mereka. Karena itulah Islam menjadi jaya pada waktu itu.
Kalau begitu bagaimana dengan kita? Apakah kita hidup bertahun-tahun hanya biasa-biasa, tak memiliki manfaat dan faedah apa-apa bagi kehidupan?
Penyesalan pasti datang di akhir, namun jika itu tak ingin terjadi pada diri kita. Maka mari kita merubah dari sekarang. Tak ada waktu selain saat ini juga melalui apa yang kita bisa lakukan tentunya, semaksimal mungkin.
Di akhir tulisan, penulis setiap detiknya menghargai dengan nilai yang tinggi, 1 milyar rupiah (ini hanya untuk motivasi). Jadi berapa nilai waktumu ?. seribu, sejuta, semilyar, tak terhingga, ataukah tak bernilai sama sekali?