Dalam Sekar Kampoeng edisi XIX Oktober lalusaya menulis tentang fenomena Karang Taruna Mudatama (KTM) yang lebih dari 1 dekade tidak pernah reorganisasi (http://sekarkampoeng.blogspot.com/2013/10/apa-kabar-karang-taruna.html). Entah karena tulisan ini atau tidak, akhirnya pada Jum'at Pon 15 Nopember 2013 lalu KTM melakukan reorganisasi. Pada reorganisasi yg baru terjadi pertama kali dalam perjalanan KTM sejak awal berdirinya ini terpilihlah Yudi (Tyo Tulen) menjadi ketua menggantikan Nasuka.
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa KT desa Jinggotan berdiri pertama kali pada 1978. Ini berdasar penuturan Pak Ahmadi yg ditunjuk Petinggi Soediro (petinggi ke-3 desa Jinggotan) utk menjadi ketua KT. Hanya saja waktu itu KT belum memiliki aktifitas. Kepengurusannya masih sekedar utk formalitas laporan oleh petinggi. Baru setelah kepengurusan berganti, diketuai oleh Totok, KT mulai berkegiatan. Pada masa Totok inilah KT desa Jinggotan diberinama Mudatama.
Belum ada yang tahu pasti tahun berapa tepatnya pergantian kepengurusan dari zamannya Pak Ahmadi ke Mas Totok. Menurut Mas Syahier Ahmad kepengurusan Totok bermula pada tahun 90-an. Ketika itu Mas Syahir baru saja tamat dari SMA. Dan menurutnya dia mulai aktif di KT bareng dengan Mas Totok. Di masa itu, aktif pula Pak Muslikan, Pak Nasuka, Mas Bowo, dll.
Pergantian Pengurus secara Informal
Setelah Mas Totok meninggal dunia (blm diketahui pasti kapan) kursi ketua KTM diganti oleh Pak Nasuka. Baik pergantian dari Pak Ahmadi ke Mas Totok, dan Mas Totok ke Pak Nasuka tidak melalui reorganisasi formal. Agaknya memang teman-teman pengurus KTM belum terbiasa dengan pertemuan-pertemuan formal mengikuti Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga KT. Pertemuan-pertemuan hanya berlangsung secara informal. Maka ketika Pak Nasuka sempat memasrahkan kepemimpinan KTM ke Mas Yoni dengan sekedar menunjuk dlm pertemuan informal pun ini sesuatu yang patut kita maklumi.
Hanya saja perlu disayangkan kok pergantian dari Pak Nasuka ke Mas Yoni ini terkesan "main-main". Yang mengindikasikan hal ini setidaknya adalah pernyataannya Pak Nasuka pada reorganisasi pada 15 Nopember kemarin. "Karena waktu itu Yoni mengetahui jalur untuk memperoleh dana kegiatan. Lha ketika itu saya juga sudah mulai jenuh menjadi ketua KT, maka saya bilang saja ke Yoni.. Ini Yon sekalian kamu bawa setempelnya.. Kalau perlu kamu sekalian yang jadi ketuanya.. wong kamu yang bisa mencari dana kegiatan."
Tidak dijelaskan itu terjadi tahun berapa.. yang jelas keberadaan stempel KTM di tangan Yoni itu cukup lama, bertahun-tahun. Dan Yoni sendiri sampai merasa yakin dan mengakui bahwa dialah ketua KTM dan tercatat di tingkat Kabupaten. (Sayang sekali Yoni tidak hadir pada acara reorganisasi pertengahan Nopember itu. Sebab mestinya dia harus ikut mempertanggungjawabkan kepemimpinannya).
Stempel itu terus berada di tangan Yoni hingga sekitar awal Juni 2013 lalu, saat mana seseorang yang ditengarai sebagai utusannya Pak Nasuka mengambil stempel KTM dari tangan Yoni. Stempel itu akan digunakan membuat surat-surat yang menerangkan bahwa beberapa orang yang mendaftar menjadi calon perangkat desa Jinggotan adalah pernah menjadi aktifis KTM.
Sejak pengambilan stempel dari tangan Yoni itulah Pak Nasuka dengan tegas menyatakan sebagai ketua KTM lagi. Apakah semudah itu pergantian pengurus? Hanya dengan menyerahkan dan mengambil kembali stempel organisasi?
Narto (warga RT 02 RW 03 Tretes) pernah bertanya ke Pak Nasuka, "Lho katanya yang menjadi ketua KTM itu Yoni?" Jawab Pak Nasuka, "Tidak. Yoni itu hanya sekedar meminjam stempel untuk membuat proposal." Penjelasan Pak Nasuka ini senada dengan keterangan yang disampaikannya pada acara reorganisasi 15 Nopember lalu.
Lagi-lagi pertanyaannya, apakah boleh stempel organisasi dipinjamkan ke orang lain untuk tujuan pengajuan proposal? Organisasi/instansi manapun tentu tidak memperkenankan hal ini terjadi. Apalagi pada saat peminjamannya diiringi dengan pernyataan bahwa dia (Sang Ketua) sudah merasa jenuh menjadi ketua. Jika sudah jenuh (kendati reorganisasi itu tidak boleh berdasar rasa jenuh atau tidak), mengapa pada saat itu tidak diadakan reorganisasi formal saja?
Semua pertanyaan ini tentu tidak akan terjawab lagi, dan memang tak lagi diharap adanya jawaban yg menyusul. Sebab kenyataannya reorganisasi baru saja terjadi pada 15 Nopember lalu. Dan di samping itu, sesuai yang dinyatakannya pada pertanggungjawabannya lalu, "Sang Ketua" tidak peduli lagi apakah laporannya diterima atau tidak. Dan dia lagi-lagi menyatakan sudah bosan dan jenuh menjadi ketua KTM. Apalagi dia sudah berusia lebih dari 45 tahun (batas maksimal keanggotaan Karang Taruna).
Sebenarnya masih banyak hal penting yang harus dikemukakan di sini. Di antaranya adalah keberadaan Koperasi KTM yang sama sekali tidak disinggung dalam pertanggungjawabannya. Kendati koperasi itu kini sudah mati, tapi mestinya kan harus dilaporkan. Ya.. biarlah semua itu ditelan oleh sejarah. Semuanya dimaafkan. Yang terpenting adalah bagi kepengurusan baru (periode 2014-2017) yang diketuai saudara Yudi hendaknya mulai menata kelembagaannya dengan serius agar kinerjanya berjalan dengan baik dan transparan, hingga mampu menghasilkan berbagai kemanfaatan bagi segenap pemuda khususnya dan semua warga desa tercinta ini umumnya.
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa KT desa Jinggotan berdiri pertama kali pada 1978. Ini berdasar penuturan Pak Ahmadi yg ditunjuk Petinggi Soediro (petinggi ke-3 desa Jinggotan) utk menjadi ketua KT. Hanya saja waktu itu KT belum memiliki aktifitas. Kepengurusannya masih sekedar utk formalitas laporan oleh petinggi. Baru setelah kepengurusan berganti, diketuai oleh Totok, KT mulai berkegiatan. Pada masa Totok inilah KT desa Jinggotan diberinama Mudatama.
Belum ada yang tahu pasti tahun berapa tepatnya pergantian kepengurusan dari zamannya Pak Ahmadi ke Mas Totok. Menurut Mas Syahier Ahmad kepengurusan Totok bermula pada tahun 90-an. Ketika itu Mas Syahir baru saja tamat dari SMA. Dan menurutnya dia mulai aktif di KT bareng dengan Mas Totok. Di masa itu, aktif pula Pak Muslikan, Pak Nasuka, Mas Bowo, dll.
Pergantian Pengurus secara Informal
Setelah Mas Totok meninggal dunia (blm diketahui pasti kapan) kursi ketua KTM diganti oleh Pak Nasuka. Baik pergantian dari Pak Ahmadi ke Mas Totok, dan Mas Totok ke Pak Nasuka tidak melalui reorganisasi formal. Agaknya memang teman-teman pengurus KTM belum terbiasa dengan pertemuan-pertemuan formal mengikuti Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga KT. Pertemuan-pertemuan hanya berlangsung secara informal. Maka ketika Pak Nasuka sempat memasrahkan kepemimpinan KTM ke Mas Yoni dengan sekedar menunjuk dlm pertemuan informal pun ini sesuatu yang patut kita maklumi.
Hanya saja perlu disayangkan kok pergantian dari Pak Nasuka ke Mas Yoni ini terkesan "main-main". Yang mengindikasikan hal ini setidaknya adalah pernyataannya Pak Nasuka pada reorganisasi pada 15 Nopember kemarin. "Karena waktu itu Yoni mengetahui jalur untuk memperoleh dana kegiatan. Lha ketika itu saya juga sudah mulai jenuh menjadi ketua KT, maka saya bilang saja ke Yoni.. Ini Yon sekalian kamu bawa setempelnya.. Kalau perlu kamu sekalian yang jadi ketuanya.. wong kamu yang bisa mencari dana kegiatan."
Tidak dijelaskan itu terjadi tahun berapa.. yang jelas keberadaan stempel KTM di tangan Yoni itu cukup lama, bertahun-tahun. Dan Yoni sendiri sampai merasa yakin dan mengakui bahwa dialah ketua KTM dan tercatat di tingkat Kabupaten. (Sayang sekali Yoni tidak hadir pada acara reorganisasi pertengahan Nopember itu. Sebab mestinya dia harus ikut mempertanggungjawabkan kepemimpinannya).
Stempel itu terus berada di tangan Yoni hingga sekitar awal Juni 2013 lalu, saat mana seseorang yang ditengarai sebagai utusannya Pak Nasuka mengambil stempel KTM dari tangan Yoni. Stempel itu akan digunakan membuat surat-surat yang menerangkan bahwa beberapa orang yang mendaftar menjadi calon perangkat desa Jinggotan adalah pernah menjadi aktifis KTM.
Sejak pengambilan stempel dari tangan Yoni itulah Pak Nasuka dengan tegas menyatakan sebagai ketua KTM lagi. Apakah semudah itu pergantian pengurus? Hanya dengan menyerahkan dan mengambil kembali stempel organisasi?
Narto (warga RT 02 RW 03 Tretes) pernah bertanya ke Pak Nasuka, "Lho katanya yang menjadi ketua KTM itu Yoni?" Jawab Pak Nasuka, "Tidak. Yoni itu hanya sekedar meminjam stempel untuk membuat proposal." Penjelasan Pak Nasuka ini senada dengan keterangan yang disampaikannya pada acara reorganisasi 15 Nopember lalu.
Lagi-lagi pertanyaannya, apakah boleh stempel organisasi dipinjamkan ke orang lain untuk tujuan pengajuan proposal? Organisasi/instansi manapun tentu tidak memperkenankan hal ini terjadi. Apalagi pada saat peminjamannya diiringi dengan pernyataan bahwa dia (Sang Ketua) sudah merasa jenuh menjadi ketua. Jika sudah jenuh (kendati reorganisasi itu tidak boleh berdasar rasa jenuh atau tidak), mengapa pada saat itu tidak diadakan reorganisasi formal saja?
Semua pertanyaan ini tentu tidak akan terjawab lagi, dan memang tak lagi diharap adanya jawaban yg menyusul. Sebab kenyataannya reorganisasi baru saja terjadi pada 15 Nopember lalu. Dan di samping itu, sesuai yang dinyatakannya pada pertanggungjawabannya lalu, "Sang Ketua" tidak peduli lagi apakah laporannya diterima atau tidak. Dan dia lagi-lagi menyatakan sudah bosan dan jenuh menjadi ketua KTM. Apalagi dia sudah berusia lebih dari 45 tahun (batas maksimal keanggotaan Karang Taruna).
Sebenarnya masih banyak hal penting yang harus dikemukakan di sini. Di antaranya adalah keberadaan Koperasi KTM yang sama sekali tidak disinggung dalam pertanggungjawabannya. Kendati koperasi itu kini sudah mati, tapi mestinya kan harus dilaporkan. Ya.. biarlah semua itu ditelan oleh sejarah. Semuanya dimaafkan. Yang terpenting adalah bagi kepengurusan baru (periode 2014-2017) yang diketuai saudara Yudi hendaknya mulai menata kelembagaannya dengan serius agar kinerjanya berjalan dengan baik dan transparan, hingga mampu menghasilkan berbagai kemanfaatan bagi segenap pemuda khususnya dan semua warga desa tercinta ini umumnya.