Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Persepakbolaan Kembang 1961-1983

Persepakbolaan Kembang 1961-1983

Pak Soegito lahir tahun 1946, dan aktif menjadi pemain bola di Kembang sejak usianya yang ke-15, yakni tahun 1961, dan terus bertahan hingga tahun 1983. Sejak belum masanya bersepatu bola. “Mbien yo isih dho nyeker. Sepatu iku kan lagi ono tahun 1963,” kisahnya.

Pak Sugito (warga RT 05 RW 02 Kembang)
Foto ini diambil seusai shalat Idul Fitri
1433 H / 2012 di masjid At-Taqwa Kembang.
Di tahun 1965 beliau mulai tampil sebagai penggerak sepakbola. Jika mau latihan beliau keliling bersepada untuk memberitahu temannya baik yang di Segembul, Jinggotan, Tretes, Segawe, dll. Berikut ini penuturan beliau mengenai perjalanan persepakbolaan Kembang.



Periode 1961-1964

Pada periode ini pemuda Jinggotan masih terpecah antara PNI Marhaen dan Ansor. Dari kalangan Marhaen yang aktif di sepakbola adalah: Sugito, Sumadi (ketua RT 05/02), Karbito, Sumadi (mantri), Munajat (RT 05/02), Jumasri (RT 04/02) Sidik (RT 02/02), Japari, Sokran (asli RT 05/02, sekarang di Tayu), Harto, Barman, Sunoto (RT 01/02), Nurwi (Kembang Wetan), Bardi (RT 02/02), Darlan (RT 02/02), Sakibi, Purnomo, dan Sindu. Dan Juri sebagai ketua pemuda Marhaen. Delapan nama terakhir sudah almarhum.




Dan yang dari kalangan Ansor: Darsono (Tretes), Sukijan (Tretes), Tamar (Segembul), Pairi, Tamin Soleh, Sarbini (Segembul), Rajipan (Segawe), Japari
(Segawe), Karyono (Jinggotan), Sutrisno (Segawe), Abdul Hadi (Jinggotan), Sujono (Mbah Jono RT 04/02), dan Samiun (RT 04/02).



Ansor dan PNI Marhaen Lebur

Tahun 1964 kepemudaan Marhaen bubar. Kesebelasannya pun ikut bubar. Pemuda PNI (Marhaen) dan Ansor meleburkan diri dan membentuk PS Kembang.
Pada periode 1964 hingga 1968 yang aktif sepakbola adalah Sugito, Sumadi ( ketua RT 05/05), Sumadi (mantan mantri), Munajat, Karbito, Jumasri, Darsono, Tamar, Pairi, dan Rajipan.


Periode 1968-1973


Para pemuda yang aktif periode ini adalah: Sugito, Karbito, Jumasri, Darsono, Sutrisno, Rajipan, Samiun, Pairi, Tamar, Karyono, Supangat (Tayu), Harto (kembang wetan), Soleh Tamin, Samin (sekarang juru kunci Balekambang).



Periode 1970-1978

Sugito, Prayit (Nglembah), Pairi, Tamar, Karyono, Sutrimo (Segawe), Harto, Supangat, Sokran (Tayu), Ngasran (Kembang Wetan),Japari (Kembang Wetan),


Periode 1979-1983 

Sugito, Harmanto (mandor perhutani, wedelan), Supangat, Bodin, Harto, Ngasran (Kiper), Pairi, Tamar, Sutrimo, Prayit, Likun, Marsudi, Manu, Sis, Mulyadi (kembang wetan, sekarang di Jatim). Didik, Tamyis. Pada tahun 1982-1983 PS Kembang menjadi juara 1 dua kali berturut-turut se-kecamatan Bangsri.


Perjuangan Mempertahankan Lapangan

Untuk mendanai kegiatan persepakbolaan masa-masa itu, lebih banyak dijalankan secara mandiri. Bahkan untuk pembuatan lapangan sepakbola saja para pemuda harus berjuang mati-matian. Sebelum 60-an lapangan Kembang berada di lahan yang sekarang menjadi lokasi SMAN Kembang. Tahun 1955-1956 adalah masa awal perintisan lapangan sepakbola Kembang. Mereka harus berhadapan dengan para polisi hutan. Hingga saat dua putranya mantri Samin (mantri Kembang masa 1960-an) yakni Suwarno dan Supadi ikut aktif main bola. Kondisi ini memudahkan tuntutan pemuda untuk memiliki lapangan sendiri yang memadai. Sejak 1960-an lapangan pindah ke sebelah timur dukuh Kembang, seperti yang sekarang ini. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 1990, saat lapangan Kembang ditutup kembali dan ditanami sono.

Lapangan pindah ke barat lagi, di lahan sebelumnya (lokasi SMA yang sekarang).
Tapi, karena kondisi lapangan tidak bagus, pemuda menuntut kembali dibukanya lapangan lama. Seusai pohon-pohon sono ditebang tahun 1995, pemuda memperjuangkan mati-matian terbukanya kembali lapangan. Mereka tidak peduli peringatan para polisi hutan yang menembakan senjata-senjatanya ke udara.

Tahun 2004 penutupan lapangan nyaris kembali terulang gara-gara keinginan pemerintah membangun SMA di lokasi lapangan. Pemuda yang dimotori oleh Mamad (pemuda RT 05/02) dkk tak tinggal diam, mempertahankan mati-matian
lapangan. Hingga akhirnya perjuangan mereka terkabul, dan akhirnya pemerintah mengalah: membangun SMA di sebelah barat Kemantren Kembang.***



Back To Top