Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Enthung

Enthung

Mbah Marsilah sedang mencari enthung di hutan Ngeplas
sebelah timur pertigaan Ngeplas Kembang.
Foto ini diambil pada Kamis Wage 6 Desember 2012 12:38.


Ketika daun jati bersemi di awal musim hujan, banyak ulat yang memakan habis daun-daunnya. Namun warga sekitar hutan justru mensyukuri hama ini, karena setelah bermetamorfosa jadi kepompong (enthung) ia menjadi bahan konsumsi yang lezat.

Ulat daun jati berwarna coklat muda sampai hitam. Ulat-ulat ini akan memakan habis daun jati hingga tinggal kerangkanya saja. Ketika hendak bermetamorfosa menjadi kepompong, ulat ini turun dari atas pohon ke tanah. Caranya dengan terjun menggunakan air liurnya yang membentuk sulur. Mirip yang dilakukan oleh laba-laba atau spiderman.
Sesampai di tanah, ulat-ulat itu mencari tempat bersembunyi. Biasanya di balik daun atau batu. Di situ, dia membungkus dirinya dengan air liur dan butiran tanah, kemudian bertapa untuk berubah bentuk menjadi kepompong. Kepompongnya berwarna coklat tua dan permukaannya licin. Nah kepompong inilah yang enak dimakan. Setelah dimasak tentunya.


Musim enthung seperti ini bagi warga di sekitar hutan jati menjadi berkah tersendiri, karena mereka akan mendapat penghasilan tambahan. Saat seperti inilah mereka ramai mencari enthung di hutan jati.

Seperti Mbah Marsilah (warga RT 05 RW 02 Kembang Jinggotan), pada musim seperti ini dia bisa seharian mencari enthung jika hari tidak hujan. Mbah Marsilah tidak sendirian. Di sekitarnya ada banyak orang (rata-rata ibu-ibu) yang juga mencari enthung. Sekitar belasan.

Terang saja Mbah Marsilah yang biasanya sehari-hari mencari kayu bakar di hutan dengan penghasilan rata-rata 15-20 ribu sehari, pada saat seperti ini memilih mengumpulkan enthung karena harganya yang lumayan tinggi. 1 kg 40 ribu. "Kulo wingi setengah dinten angsal arto 50 ewu," akunya.

Sekiranya satu lokasi sudah habis enthungnya, mereka akan mencari lokasi lain. Dan biasanya memang para pencari enthung ini bergerombol dalam satu lokasi. Sebab, menurut Mbah Marsilah, perubahan ulat menjadi enthung berbeda-beda masanya antara satu lokasi dan lokasi lainnya. "Ngenjing menawi giliran mriko ngajeng kecamatan. Soale wingi-wingi tesih rupi uler. Dereng dados enthung," jelasnya.

Sudah tak asing lagi memang, bahwa enthung (kepompong ulat jati) bisa menjadi bahan kuliner yang lezat. Itulah kiranya yang membuat enthung harganya tinggi. Hari Rabu 5 Desember 2012 kemarin Mbah Marsilah memperoleh enthung 1 kg lebih sedikit, lalu dibeli seorang penggemar kuliner enthung dengan harga 50 ribu.



Back To Top