Oleh Muhammad Zudin (Warga Jinggotan RT 03 RW 05)
“Kita akan terbebas dari tekanan hidup ketika kita mampu mengeluarkan pikiran dan perasaan yang ruwet. Salah satunya melalui tulisan”.
Itulah quote yang dikutip penulis dari buku yang berjudul “Menulis Dengan Hati Membangun Motivasi Menulis” karya Ismail Kusmayadi (2007).
Ini mungkin adalah hal yang baru dan menginspirasi kepada pembaca. Menulis adalah hal yang menyenangkan: mengeksplorasi pikiran, dan menyebarkan gagasan yang brilian untuk dipublikasikan. Pokoknya memberikan kepuasan dan manfaat tersendiri bagi anda.
Tetapi, untuk topik pada kali ini, penulis akan mengemukakan tentang mengeluarkan tekanan hidup melalui menulis bak quote diatas.
Seperti yang pernah kita alami, yakni masa dimana mengalami goncangan-goncangan yang sangat hebat (maklum remaja) atau masalah kehidupan lainnya, kita dapat redam masalah itu dengan menulis. Menulis jeritan hati, rintihan hati, dan cucuran hati (curhat) dalam sebuah diary, dengan itu kita dapat keluar dari masalah yang membelenggu. Semua itu dapatkita keluar dengan baik, sehingga dapat merefresh otak, dan tersalur dalam hal yang positif.
Pengalaman John Mulligan contohnya, sebagai seorang veteran perang Vietnam, Mulligan kenyang dengan pengalaman pahit. Enam tahun lalu ia seperti orang yang hilang akal, hanya berkeliaran tanpa tujuan di San Fransisco. Bahkan teman-temannya sesama veteran Vietnam melampiaskan dendam secara serabutan. Hewan ditembaki hanya sebagai kesenangan.
Untungnya Mulligan tertarik mengikuti pelatihan menulis bagi veteran yang dipimpin oleh penulis terkenal: Maxine Hong Kingston. Di awal pelatihan Mulligan menulis pengalamannya yang mengerikan selama perang. Selanjutnya ia semakin yakin bahwa pengungkapan rasa takut dan cemas melalui kata-kata dapat menjernihkan pikiran dan meningkatkan semangatnya. Mulligan meninggalkan pelatihan dengan rasa
senang, tanpa ketakutan yang senantiasa menghantuinya. Kini ia adalah seorang novelis yang bersemangat.
Menulis itu dapat menyembuhkan trauma, seperti halnya yang telah James Pennebaker, Ph. D. lakukan, belasan penelitian yang melibatkan berbagai kalangan: pelajar, ibu rumah tangga, mahasiswa bahkan narapidana. Umumnya mereka merasa lebih bahagia dan sehat setelah menuliskan kenangan pahit yang menyebatkan trauma mendalam.
Menulis tidak saja berdampak pada kondisi emosional. Dari penelitian Pennebaker di tahun 1988 yang berjudul Journal of Consulting and Clinical Psychology ditemukan bahwa sel T-lymphocite, yakni sel yang mengindikasikan bekerjanya sistem kekebalan tubuh, meningkat jumlahnya enam minggu setelah para mahasiswa melampiaskan stresnya melalui tulisan. Penelitian lainnya juga membuktikan banyak pasien semakin jarang berkunjung ke dokter dan skor tes psikologinya meningkat setelah mengikuti terapi menulis.
Bahkan Joshua Smyth, Asisten Profesor dari North Dakota State University, memberikan pernyataan yang lebih spesifik: menulis pengalaman buruk atau stres menghilangkan gejala asma dan rematik (rheumatoid arthritis). Ia melakukan penelitian terhadap 70 orang penderita asma dan rematik. Ke-70 pasien ini dibagi dalam dua kelompok. Yang pertama diharuskan menulis pengalaman pahit atau menyedihkan selama 20 menit dalam tiga hari berturut-turut. Kelompok lainnya (37 orang) menuliskan rencana kegiatan sehari-hari.
Setelah empat bulan ditemukan fakta menarik. Empat puluh tujuh persen pasien yang menulis pengalaman buruk mengalami perkembangan yang signifikan. Pasien rematik berkurang rasa sakitnya dan kapasitas paru-paru pasien asma meningkat. Sementara hanya 24% pasien dari kelompok kedua mengalami kemajuan. Hasil penelitian ini dipublikasikan 14 April 1999 dalam Journal of Consulting and Clinical Psychology.
Meskipun demikian para ilmuan belum dapat memastikan dampak menulis terhadap kondisi kesehatan. Jawabannya, menurut Pennebaker, mungkin terletak pada hubungan yang masih misterius antara stres dan penyakit. Tapi dari berbagai penelitian dapat dibuktikan bahwa stres berkepanjangan dapat melemahkan sistem kekebalan, memberi peluang timbulnya penyakit jantung dan memperlemah arthritis, asma dan berbagai penyakit lainnya (dari tulisan “Menulis Baik Untuk Kesehatan Fisik dan Mental” di http://www.dinkes-tts.web.id/).
Dari itu, menulis itu menyehatkan. Menyehatkan fikiran, perasaan, dan tak kalah menarik adalah menyehatkan tubuh seperti menyembuhkan penyakit kangker, jantung koroner, trauma, asma, kanker, dan banyak penyakit fisik lainnya yang dapat diobati. Dengan menulis juga kita akan dapat meningkatkan kinerja kita, baik belajar, bekerja, maupun aktifitas lainnya.
Masih ragukah anda untuk menulis (?). Tak akan rugi jika kita mau menulis, malahan bermanfaat lebih banyak. Mengeluarkan energi untuk mendapatkan lebih banyak energi dengan menulis. Mari. Writing is fun..
“Kita akan terbebas dari tekanan hidup ketika kita mampu mengeluarkan pikiran dan perasaan yang ruwet. Salah satunya melalui tulisan”.
Itulah quote yang dikutip penulis dari buku yang berjudul “Menulis Dengan Hati Membangun Motivasi Menulis” karya Ismail Kusmayadi (2007).
Ini mungkin adalah hal yang baru dan menginspirasi kepada pembaca. Menulis adalah hal yang menyenangkan: mengeksplorasi pikiran, dan menyebarkan gagasan yang brilian untuk dipublikasikan. Pokoknya memberikan kepuasan dan manfaat tersendiri bagi anda.
Tetapi, untuk topik pada kali ini, penulis akan mengemukakan tentang mengeluarkan tekanan hidup melalui menulis bak quote diatas.
Seperti yang pernah kita alami, yakni masa dimana mengalami goncangan-goncangan yang sangat hebat (maklum remaja) atau masalah kehidupan lainnya, kita dapat redam masalah itu dengan menulis. Menulis jeritan hati, rintihan hati, dan cucuran hati (curhat) dalam sebuah diary, dengan itu kita dapat keluar dari masalah yang membelenggu. Semua itu dapatkita keluar dengan baik, sehingga dapat merefresh otak, dan tersalur dalam hal yang positif.
Pengalaman John Mulligan contohnya, sebagai seorang veteran perang Vietnam, Mulligan kenyang dengan pengalaman pahit. Enam tahun lalu ia seperti orang yang hilang akal, hanya berkeliaran tanpa tujuan di San Fransisco. Bahkan teman-temannya sesama veteran Vietnam melampiaskan dendam secara serabutan. Hewan ditembaki hanya sebagai kesenangan.
Untungnya Mulligan tertarik mengikuti pelatihan menulis bagi veteran yang dipimpin oleh penulis terkenal: Maxine Hong Kingston. Di awal pelatihan Mulligan menulis pengalamannya yang mengerikan selama perang. Selanjutnya ia semakin yakin bahwa pengungkapan rasa takut dan cemas melalui kata-kata dapat menjernihkan pikiran dan meningkatkan semangatnya. Mulligan meninggalkan pelatihan dengan rasa
senang, tanpa ketakutan yang senantiasa menghantuinya. Kini ia adalah seorang novelis yang bersemangat.
Menulis itu dapat menyembuhkan trauma, seperti halnya yang telah James Pennebaker, Ph. D. lakukan, belasan penelitian yang melibatkan berbagai kalangan: pelajar, ibu rumah tangga, mahasiswa bahkan narapidana. Umumnya mereka merasa lebih bahagia dan sehat setelah menuliskan kenangan pahit yang menyebatkan trauma mendalam.
Menulis tidak saja berdampak pada kondisi emosional. Dari penelitian Pennebaker di tahun 1988 yang berjudul Journal of Consulting and Clinical Psychology ditemukan bahwa sel T-lymphocite, yakni sel yang mengindikasikan bekerjanya sistem kekebalan tubuh, meningkat jumlahnya enam minggu setelah para mahasiswa melampiaskan stresnya melalui tulisan. Penelitian lainnya juga membuktikan banyak pasien semakin jarang berkunjung ke dokter dan skor tes psikologinya meningkat setelah mengikuti terapi menulis.
Bahkan Joshua Smyth, Asisten Profesor dari North Dakota State University, memberikan pernyataan yang lebih spesifik: menulis pengalaman buruk atau stres menghilangkan gejala asma dan rematik (rheumatoid arthritis). Ia melakukan penelitian terhadap 70 orang penderita asma dan rematik. Ke-70 pasien ini dibagi dalam dua kelompok. Yang pertama diharuskan menulis pengalaman pahit atau menyedihkan selama 20 menit dalam tiga hari berturut-turut. Kelompok lainnya (37 orang) menuliskan rencana kegiatan sehari-hari.
Setelah empat bulan ditemukan fakta menarik. Empat puluh tujuh persen pasien yang menulis pengalaman buruk mengalami perkembangan yang signifikan. Pasien rematik berkurang rasa sakitnya dan kapasitas paru-paru pasien asma meningkat. Sementara hanya 24% pasien dari kelompok kedua mengalami kemajuan. Hasil penelitian ini dipublikasikan 14 April 1999 dalam Journal of Consulting and Clinical Psychology.
Meskipun demikian para ilmuan belum dapat memastikan dampak menulis terhadap kondisi kesehatan. Jawabannya, menurut Pennebaker, mungkin terletak pada hubungan yang masih misterius antara stres dan penyakit. Tapi dari berbagai penelitian dapat dibuktikan bahwa stres berkepanjangan dapat melemahkan sistem kekebalan, memberi peluang timbulnya penyakit jantung dan memperlemah arthritis, asma dan berbagai penyakit lainnya (dari tulisan “Menulis Baik Untuk Kesehatan Fisik dan Mental” di http://www.dinkes-tts.web.id/).
Dari itu, menulis itu menyehatkan. Menyehatkan fikiran, perasaan, dan tak kalah menarik adalah menyehatkan tubuh seperti menyembuhkan penyakit kangker, jantung koroner, trauma, asma, kanker, dan banyak penyakit fisik lainnya yang dapat diobati. Dengan menulis juga kita akan dapat meningkatkan kinerja kita, baik belajar, bekerja, maupun aktifitas lainnya.
Masih ragukah anda untuk menulis (?). Tak akan rugi jika kita mau menulis, malahan bermanfaat lebih banyak. Mengeluarkan energi untuk mendapatkan lebih banyak energi dengan menulis. Mari. Writing is fun..