“Klithik.. thik..” suara koin 500-an itu ketika dituang ke kaleng bekas wadah kue oleh dua orang yang berpatroli Jum’at dinihari (01.30) 27 September 2013 di RT 02 RW 02 Kembang. Pak Khozin dan Pak Solikul mendapat giliran jaga malam itu, bersama lima orang temannya (Pak Kasnadi, Pak Arif, Pak Harnoto, Pak Tono, dan Pak Tarto). Tiap malam ada 7 orang mendapat giliran jaga.
Tidak seperti waktu-waktu sebelumnya, sejak 1 September lalu ada tambahan aktifitas bagi para penjaga yakni patroli. Yang lebih asyik lagi patroli yang makan waktu sekitar 20 menit ini ditambah dengan mengumpulkan jimpitan koin dari tiap rumah. Oleh karenanya, jika sebelumnya banyak orang komentar, “Wong jogo kok mung tunggu gerdu”, hal itu tak terdengar lagi.
Kegiatan patroli dibagi dua kelompok: bagian barat (terdiri 28 rumah) dan bagian timur (33 rumah). Masing-masing terdiri dua orang. Sementara sisanya (3 orang) tetap jaga di pos ronda.
Latar belakang kesepakatan patroli ini awalnya lebih berkaitan dengan melemahnya pemasukan kas RT dari pemotongan raskin warga. Jika sebelumnya hasil pemotongan raskin mencapai 65 kg (325 ribu), kini menjadi 45 kg (225 ribu) tiap bulannya. “Ini terjadi karena jatah raskin untuk RT ini menurun. Sebelumnya 21 sak (525 kg) kini berkurang menjadi 18 sak (450 kg),” jelas Pak Miko ketua RT 02/02.
“Maka kami lantas berfikir”, lanjut Pak Miko, “bagaimana caranya agar kas RT cepat berkembang, sebab kebutuhan lingkungan masih banyak dan butuh dana besar.”
Rata-rata tiap rumah mengisi Rp 500 rupiah untuk jimpitan koin. Terkadang ada yang ngisi Rp 300, ada yang Rp 1000, dan bahkan sesekali Rp 2000. Dan tentu sesekali ada juga yang lupa mengisi koin. Mengenai pengisian koin memang tidak ada aturan harus berapa. Tapi yang jelas berkisar Rp 500. Jika sesekali lupa tentu tidak dianggap masalah, dan dimaklumi. Asal tidak terus-terusan.
Tiap malam, jumlah koin yang terkumpul dari 61 rumah rata-rata 25 ribu. Sesekali ada juga yang melebihi 30 ribu. Jika ini bertahan terus maka rata-rata dalam sebulan akan terkumpul 750 ribu.
Aktifitas patroli sambil mengumpulkan jimpitan ini juga terjadi di RT 03/01 Segawe. Bedanya, jimpitannya berupa beras. “Sebab jengene wong deso kan gak mesthi duwe recehan bendino. Nek beras kan mesthi duwe,” Pak Edi ketua RT menuturkan alasan warga memilih jimpitan beras.
Pengumpulan jimpitan di RT yang memiliki sekitar 80 rumah berjimpitan ini bisa mencapai 4-5 kg per malam. Beras jimpitan dijual ke warga dengan harga Rp 5000 per kg. Sehingga per bulan rata-rata diperoleh dana 700 ribu.
Fungsi Ganda
Patroli sambil mengumpulkan jimpitan ini memiliki manfaat ganda. Pertama, pengumpulan koin akan mempercepat berkembangnya kas yang pada gilirannya akan mempercepat proses pembangunan di lingkungan tsb.
Kedua, meningkatkan keamanan. Jika sebelumnya kegiatan jaga lebih banyak diisi hal-hal yang kurang produktif (jagong-tidur-nontot TV-main kartu) di pos ronda, kini setiap penjaga berkesempatan menyambangi tiap rumah di lingkungannya. Sehingga keamanan lebih terjamin. ***
Tidak seperti waktu-waktu sebelumnya, sejak 1 September lalu ada tambahan aktifitas bagi para penjaga yakni patroli. Yang lebih asyik lagi patroli yang makan waktu sekitar 20 menit ini ditambah dengan mengumpulkan jimpitan koin dari tiap rumah. Oleh karenanya, jika sebelumnya banyak orang komentar, “Wong jogo kok mung tunggu gerdu”, hal itu tak terdengar lagi.
Kegiatan patroli dibagi dua kelompok: bagian barat (terdiri 28 rumah) dan bagian timur (33 rumah). Masing-masing terdiri dua orang. Sementara sisanya (3 orang) tetap jaga di pos ronda.
Latar belakang kesepakatan patroli ini awalnya lebih berkaitan dengan melemahnya pemasukan kas RT dari pemotongan raskin warga. Jika sebelumnya hasil pemotongan raskin mencapai 65 kg (325 ribu), kini menjadi 45 kg (225 ribu) tiap bulannya. “Ini terjadi karena jatah raskin untuk RT ini menurun. Sebelumnya 21 sak (525 kg) kini berkurang menjadi 18 sak (450 kg),” jelas Pak Miko ketua RT 02/02.
“Maka kami lantas berfikir”, lanjut Pak Miko, “bagaimana caranya agar kas RT cepat berkembang, sebab kebutuhan lingkungan masih banyak dan butuh dana besar.”
Rata-rata tiap rumah mengisi Rp 500 rupiah untuk jimpitan koin. Terkadang ada yang ngisi Rp 300, ada yang Rp 1000, dan bahkan sesekali Rp 2000. Dan tentu sesekali ada juga yang lupa mengisi koin. Mengenai pengisian koin memang tidak ada aturan harus berapa. Tapi yang jelas berkisar Rp 500. Jika sesekali lupa tentu tidak dianggap masalah, dan dimaklumi. Asal tidak terus-terusan.
Tiap malam, jumlah koin yang terkumpul dari 61 rumah rata-rata 25 ribu. Sesekali ada juga yang melebihi 30 ribu. Jika ini bertahan terus maka rata-rata dalam sebulan akan terkumpul 750 ribu.
Aktifitas patroli sambil mengumpulkan jimpitan ini juga terjadi di RT 03/01 Segawe. Bedanya, jimpitannya berupa beras. “Sebab jengene wong deso kan gak mesthi duwe recehan bendino. Nek beras kan mesthi duwe,” Pak Edi ketua RT menuturkan alasan warga memilih jimpitan beras.
Pengumpulan jimpitan di RT yang memiliki sekitar 80 rumah berjimpitan ini bisa mencapai 4-5 kg per malam. Beras jimpitan dijual ke warga dengan harga Rp 5000 per kg. Sehingga per bulan rata-rata diperoleh dana 700 ribu.
Fungsi Ganda
Patroli sambil mengumpulkan jimpitan ini memiliki manfaat ganda. Pertama, pengumpulan koin akan mempercepat berkembangnya kas yang pada gilirannya akan mempercepat proses pembangunan di lingkungan tsb.
Kedua, meningkatkan keamanan. Jika sebelumnya kegiatan jaga lebih banyak diisi hal-hal yang kurang produktif (jagong-tidur-nontot TV-main kartu) di pos ronda, kini setiap penjaga berkesempatan menyambangi tiap rumah di lingkungannya. Sehingga keamanan lebih terjamin. ***